MENJADI GURU SIAPA TAKUT? - By Chica Karmelita Br Sembiring Meliala, S.E.



  1. Pendahuluan

Tidak pernah terbayang di dalam benak saya untuk menjadi guru sebelumnya. Menurut saya jadi guru itu sangatlah sulit harus banyak belajar, membaca buku, menulis dan harus lemah lembut dalam bertutur kata. Ketika saya selesai kuliah saya bekerja di LSM YPRK yang bergerak di bidang sosial. Disana saya banyak belajar tentang gizi buruk, kesehatan bayi dan anak dan cara mengajar anak jalanan membaca. Awalnya saya mengalami banyak kesulitan walaupun di rumah baca yayasan itu bukan pendidikan formal hanya sekedar mengajari anak-anak untuk membaca dan menulis. Tetapi lama kelamaan saya sangat menyukai pekerjaan saya untuk membantu anak-anak itu membaca dan menulis. Akhirnya saya menemukan buku yang berjudul “Menjadi Guru Profesional Siapa Takut” yang ditulis oleh M. Joko Susilo, M. Pd. Buku ini banyak mengajarkan saya untuk tidak takut menjadi guru walaupun bukan menjadi guru yang profesional.

Menjadi guru profesional adalah dambaan setiap mahasiswa calon guru. Profesionalisme menunjukkan suatu kemauan dan kemampuan atas kompetensi yang dimilikinya. Untuk menjadi sosok guru profesional, UU Sisdiknas menekan minimal ada empat kompetensi yang harus dimiliki, yaitu: kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.


  1. Isi

Semua orang melalui proses belajar dan mengajar. Banyak yang bilang, guru itu adalah profesi yang mulia. Walaupun begitu, tidak semua orang memiliki keinginan kuat untuk menjadikan guru sebagai profesi. Sebenarnya, menjadi itu pekerjaan yang sangat mulia, juga memuaskan hati. Namun, gaji yang kurang memadai, pekerjaan menumpuk , dan tekanan agar siswa dapat nilai baik dalam ujian menjadi faktor yang membuat orang “takut”.

Inilah yang membuat saya dahulu takut sekali menjadi seorang pengajar/guru. Tetapi setelah saya menjalani ternyata menjadi guru sangat menyenangkan. Banyak hal-hal baik yang saya dapatkan selama saya menjadi seorang guru di Sekolah Regina Caeli. Selain memiliki teman yang banyak (guru, anak-anak, dan orang tua) saya juga jadi banyak mengenal karakter orang.

Hal apa saja yang saya dapatkan setelah menjadi guru:

  1. Meningkatkan wawasan dan semangat belajar

Sebelum saya memberikan materi kepada anak-anak, saya juga sebagai guru harus belajar lagi membuka buku, membuat soal dan menjawab soal sebelum saya sampaikan ke anak-anak. Sehingga saya setiap hari harus belajar kembali walaupun saya sudah 5 tahun menjadi guru kelas 2 tetapi saya setiap hari sebelum mengajar selalu membuka buku lagi. Untuk pelajaran tertentu saya harus mencari di google atau harus membeli buku pendamping tambahan untuk mengajar. Terutama pelajaran Bahasa Indonesia saya harus menulis halus sebelum saya menulis halus di papan tulis atau melalui zoom.

  1. Pekerjaan tidak monoton

Menjadi guru itu merupakan pekerjaan yang multi fungsi. Tidak hanya selalu mengajar/berbicara di depan anak-anak. Menjadi guru SD terutama guru kelas 2 harus bisa menjadi penyanyi dadakan untuk anak-anak, ahli dekorasi, pemain sepak bola, penari dan lain sebagainya. Karena dalam pelajaran SBDP saya harus mempraktekkan untuk anak-anak. Jadi guru itu pekerjaannya tidak monoton seperti pegawai kantoran lainnya. Kita bisa berkreasi dan mengasah kemampuan kita dalam mengajar anak-anak.

  1. Punya peran penting bagi masa depan

Saat ini saya merasa menjadi orang yang memiliki sedikit peran penting bagi masa depan anak-anak didik saya. Menjadi guru, maka menjadi sosok yang digugu dan ditiru, juga jadi panutan. Guru adalah pengganti orangtua siswa di sekolah. Selain ilmu, siswa juga akan mencontoh perilaku gurunya. Kamu jadi memiliki peran penting dalam membentuk perilaku siswa kedepannya. Tanpa disadari, sekecil apapun hal yang kamu bagikan, bisa berarti sangat besar dan menggiring pada kesuksesan.

  1. Jam kerja fleksibel

Kehidupan pekerjaan seyogianya bisa seimbang dengan kehidupan keluarga. Pekerja kantoran biasanya sulit punya waktu luang di hari kerja. Guru memiliki jam kerja yang lebih singkat.  Kalau guru sekolah, menyesuaikan dengan jam sekolah. 

  1. Libur lebih panjang

Selain itu, guru juga punya waktu libur lebih lama dibanding karyawan kantoran, mengikuti jadwal anak-anak. Seperti libur semester dan kenaikan kelas, guru mempersiapkan materi dan kurikulum semester atau tahun ajaran baru. Di luar itu, guru masih bisa mengatur waktu untuk berlibur bersama dengan keluarga. Sehingga guru memiliki waktu untuk merilekskan pikiran dua kali dalam setahun. 

  1. Panjang sabar

Menghadapi berbagai macam karakter setiap harinya akan membuat kamu jadi pribadi yang lebih sabar. Apalagi di dalam kelas ada 20 anak dengan 20 karakter yang berbeda. Ditambah lagi masa pandemic ini membuat kita jarang bertemu dengan anak-anak sehingga saat PTM anak yang kita lihat saat zoom begitu kalem berbeda sekali saat bertemu di kelas. 

  1. Hiburan

Tingkah laku dan perkataan anak-anak SD apalagi anak kelas 2 itu sangat lucu-lucu dan jujur. Cerita belajar di rumah dengan orang tua mereka bisa menjadi hiburan tersendiri buat saya sebagai guru.


  1. KESIMPULAN

Dari penjelasan saya diatas dapat disimpulkan bahwa jangan takut untuk menjadi seorang guru. Saya bukan seorang sarjana pendidikan tetapi saya mau belajar untuk dapat menjadi guru yang baik untuk anak-anak didik saya. Kuncinya kita harus mau berusaha, belajar dan tidak malu untuk bertanya. Guru adalah pekerjaan yang cukup mulia dan tidak semua orang bisa menjadi guru. Saya sangat bangga menjadi guru walaupun saya bukan berasal dari sarjana pendidikan tetapi saya bisa menjadi guru yang baik untuk anak-anak. 




























DAFTAR PUSTAKA


  1. https://www.ruangguru.com/blog/9-alasan-jadi-guru-itu-keren

  2. https://qdoc.tips/buku-menjadi-guru-profesional-siapa-takut-pdf-free.html

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer