Puasa dalam Agama Buddha - by Suwati, S.Ag.
Puasa yang seperti apa yang Buddha ajarkan kepada murid-muridnya?
Berbicara tentang puasa, yang seperti kita ketahui umat Islam sebentar lagi akan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Puasa Ramadhan dilakukan selama sebulan sebelum hari Raya Idul Fitri tiba. Hal ini sudah diketahui dan dipahami oleh kita semua khususnya bagi umat Buddha.
Dalam Agama Buddha puasa adalah sesuatu yang tidak wajib dan berdasarkan kesadaran bagi pelaku. Namun hal ini wajib dilakukan bagi seorang bhikkhu/bhikkhuni. Puasa yang dilakukan lebih tepatnya disebut dengan Atthasila yaitu delapan aturan kemoralan. Dalam Kitab Suci Tripitaka Khuddaka Nikaya bagian Sutta Pitaka, dijelaskan oleh Sang Buddha untuk pelaksanaan puasa dilakukan setiap tanggal 1, 8, 15, dan 23 setiap bulannya.
Delapan aturan kemoralan yang perlu diperhatikan ketika sedang mempraktikkan puasa bagi umat Buddha awam adalah:
Bertekad melatih diri untuk menghindari menyakiti dan membunuh makhluk hidup apapun juga.
Bertekad melatih diri untuk menghindari mengambil barang yg tidak diberikan / diijinkan (mencuri).
Bertekad melatih diri untuk menghindari hubungan seksual.
Bertekad melatih diri untuk menghindari ucapan / kata-kata tidak benar, yg kasar, memfitnah dan menyakiti makhluk lain (berbohong).
Bertekad melatih diri untuk menghindari segala minuman keras (serta bahan-bahan lainnya) yg dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.
Bertekad melatih diri untuk menghindari makan makanan diwaktu yg salah, yaitu lewat tengah hari. Pengertian di sini adalah bahwa seseorang tidak boleh makan setelah lewat tengah hari hingga subuh/dinihari.
Bertekad melatih diri untuk menghindari menari, menyanyi, bermain musik, melihat permainan/pertunjukan, tidak memakai bunga-bungaan, wangi-wangian dan alat kosmetik yg lain untuk tujuan menghias / mempercantik diri.
Bertekad melatih diri untuk menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang tinggi, besar dan mewah.
Mengapa puasa dalam agama Buddha tidak wajib khususnya bagi umat awam? Hal ini dikarenakan tidak ada sesuatu yang wajib, melainkan bagaimana kesadaran itu muncul dan tumbuh dalam diri pribadi masimg-masing. Delapan aturan kemoralan juga dijadikan sebagai latihan ia mengendalikan pikiran, ucapan, dan perbuatan serta mempraktikkan hidup sederhana dan ketenangan.
Sumber:
https://www.sariputta.com/artikel/ajaran-dasar/konten/atthasila-cara-puasa-uposatha-umat-buddha/57
Terima kasih untuk informasinya, Ms. Wati.
BalasHapusSalam toleransi. 🙏